

Ini surat,
Ditulis untuk menjawab email/surat adikku Nyoman Sudiati,
yang tertulis dibawah ini dengan tulisan tintabiru, huruf miring.
Ario,
Salam selamat dan sejahtera,
membuka jalan hubungan ke ilmu kebijaksanaan ... menuju kedamaian, lewat seni hidup.
Terima kasih, dan semoga bisa meneruskan kerjamu sebagai creator dan penyalur, menyalur berita, menyalur tenaga, penyalur karya, penyalur jalannya ilmu perdamaian. Segala ilmu dan agama tak bakal ada gunanya untuk menusia kalau itu tidak diterapkan untuk perdamaian hidup tibuana-agung, artinya hidup di tiga dunia: dunia tetumbuhan, dunia hewan dan dunia manusia, didunia alam materi ini. Bumi kita yang prihatin dan setia memangku semua tingkah laku manusia didunia kejadian ini; tetapi awas, kalau sang bumi mulai bekerja dan berexpressi, karyanya bisa berupa tsunami, …. Atau angin lembut perayu.
Selamat bekerja mengolah pikir,tenaga/energi dan seni/badan (tribuana).
Nah sekarang, wak mau bicara, menemani ibumu, silahkan ikut dibaca, kalau ada niat.
Nyoman Sudi, Suratmu ini bagai intan nilainya buat bli yang haus dengan berita keluarga, terutama keadaan sekarang dan masa lampau keluarga kita.
Surat ini, dan semua surat yang ditujukan kepada Bli akan bli muat di blog Warga Madera Nurani Sukadi (MANURSUKA), SUPAYA KITA SEMUA BELAJAR MENULIS KENYATAAN. Kenyataan itu sebarapapun baiknya, akan membawa bayangan buruk dilain pandangan; dan sebaliknya. Duduk, hening cipta, ditengah gelombang samudera atau didamai telaga. Melagu.
Menulis kenyataan masa lampau, adalah landasan masa kini yang membawa kita ke masa depan.
Menyelusuri masa lampau yang pahit dan manis, adalah satu jenis meditasi, satu jenis sembahyang, satu jenis pengobatan, satu jenis sekolahan, satu jenis pengolahan. Melihat masa depan kembali dengan kaca mata /pandangan yang lebih bijaksana adalah obat yang mujarab bagi penyakit yang mengganggu kesehatan kita. MENGOLAH WATAK, adalah satu hal yang harus terus dilakukan selama hidup. Teater adalah salah satu jalan, marga, sekolah untuk mengolah watak kelakuan tersebut, karena watak itulah yang akan mengantar kita kesorga atau neraka (kalau percaya akan adanya sorga atau neraka, karena itu adalah sebetulnya ciptaan diri sendiri).
Nyoman, bli mewarnai biru-muda beberapa kalimat dalam suratmu dibawah ini, untuk menandai hal yang patut diberi perhatian dan perlu ditela’ah dan diulas lebih mendalam agar wasiat positipnya mekar untuk kedamaian hidup.
Satu hal yang menghidupi bli, bukan saja uang, atau materi atau ilmu, tapi: pertanyaan, entah itu pertanyaan pintar atau bodoh, itu tergantung dari jawabannya, tanya jawab bagai suami istri.
Dalam menulis mengungkap pikiran, kenyataan dan rasa, hendaknya disadari dan diawasi struktur/ kerangka kalimat: apa pokoknya, apa kata kerjanya dan apa kata-kata atau kalimat pengikut & pelengkapnya.
Ungkapan/ expressi pikir dan rasa bisa berbentuk:
1. pemaparan situasi, keadaan, suasana, kenyataan
2. pemaparan pandangan dan nilai-nilai hidup, nilai pendapatan pikiran, filsafat.
3. komentar, expressi emosi: marah, senang, benci, cemburu, sayang, kasih, ....dll.
4. saran-saran, nasehat, anjuran, ajaran, usul, pujian, ancaman, ...dll yang bisa mempengaruhi dan merobah diri serta orang lain ataupun ungkangan hidup kita.
5. doa, kalimat sembahyang, mantra, harapan, keinginan, mimpi, tekad, janji, sumpah.
Bila kita mengerti dan menanggap secara jitu inti sari diantara lima bentuk expressi itu, maka kita bisa menyetél dan mengatur tenaga bayu kita untuk meresponnya, menanggapinya. Ini penting untuk menyalurkan peredaran bayu dalam menerima, mengolah dan mengungkap kembali secara langsung ataupun tidak langsung. Ini perlu kemampuan mengemudi diri, mengemudi tingkah laku dalam pergaulan. Ini tergantung dari watak. Ingat, bli ada menulis tentang 5 tahap jalan nasib :
1. buah cipta/pikir
2. action/kerja
3. kebiasaan/kebisaan
4. watak/karakter
5. nasib.
Cerita kenyataan hidup yang Nyoman alami di Sumbawa ketika saat lahirnya Nyoman Jaya, ini satu pelajaran yang penting bagi Bapakdan Ibu kita, i Gede Madera, yang mungkin tidak menyadari berapa ringkihnya bangunan hidup keluarga kita. Miskin materi dan miskin ilmu serta miskin teman/keluarga saat itu.
Nyoman hampir mati dilanda kecelakaan 2 kali, 2dokar berkuda yang menjepit dan sepeda motor (tentara?), untuk merawat kelahiran adikmu Nyoman, antara Sudiati dan Nurjaya, antara hati yang sudi dan cahaya yang jaya. Ini satu kesempatan yang boleh dikatakan keuntungan dapat melakukan kerja/ karma semacam itu, ketika ibu kita muntah darah melahirkan anak Nyoman Nurjaya. Bli ada tinggali mesin ketik dulu diBali, mungkin ada baiknya dikasih ibu atau bapak, agar ibu&bapak bisa mengetik dan menulis semua cerita kehidupannya, menjadi buku, dan ini bli akan tulis di internet, agar semua keluarga kita bisa membaca masa lampau dan menarik pelajaran, bukan saja untuk dimengerti, tetapi dari pengertian harus melakukan sesuatu, KARMA mengolah diri dan mengolah kenyataan demi kedamaian diri, famili, keluarga besar dan dunia alam semesti. Mengembang kesadaran dari tribuana alit ke tribuana agung merupakan satu gerakan hidup sehari-hari yang perlu dipelihara.
Dan pemaparan kenyataan secara JUJUR tentang masa lampau, adalah obat dan sekolah yang sangat bernilai, bagai doa - sembahyang di Sanggah, Pura, Masjid, Gereja, Candi dll tempat keagamaan.
Menggali-menghidup masa lampau, mengolah menghidup masa kini, mencipta jalan ke masa depan ini adalah gerakan tai-chi (kata orang cina) menurut difinisi Tapa Sudana. Ini bli namakan gerakan TriBuana, yang lebih mujarab manfa’atnya bila segala gerakan silat, tai chi, chikung yang dipraktekkan oleh banyak orang diperdalam gerak-laku-penyerapannya. (yang mungkin banyak orang tak mengerti kedalaman maknanya) .
Gerakan, kata-kata, pikiran itu harus men TriBuana, artinya: harus menggetarkan dan membangun merevolusi atau mengevolusi sang badan, sang tenaga -emosi dan sang cipta-pikir; dan selanjutnya merogah watak dan membangun lingkungan. Harus disadari, menggali dari kuburnya sang masa lampau adalah untuk menyadari kalau kita bisa menterjemah secara positip dan berguna masa lampau itu. Kalau tidak, itu namanya mengungkit lantai tempat kita berpijak, tak ada gunnya, hanya akan menggoyahkan keseimbangan injakan jalan hidup kita bersama.
Bagaimana meninterpretasi kenyataan masa lampau dan masa kini, itu namanya seni interpretasi. Orang teater banyak bekerja dibidang ini. Ini memerlukan kecerdasan seorang ilmiah/ ilmuawan, kebijaksanaan seorang guru dan ketenteraman hati seorang biksu. Dimana bisa mendapatkan orang yang punya tiga kwalitas ini? Guru rupaka, guru pengajian, guru wisesa. Kalau belum dapat, maka pertama, pertanyaannya: bagaimana mendapatkan jalan kearah itu? Kalau belum tahu jalan, maka pertanyaannya: bagaimana membuka diri agar kita terbuka keinginan akan hal hal yang luhur itu. Ini, benihnya ada didalam diri. Bisa tumbuh dari keperluan/kebutuhan untuk hidup, menghidupi hakekat hidup.
Apa yang ada didalam diri itu datangnya bisa dari:
1. warisan
2. pengolahan selama hidup
3. anugerah, hadiah, pemberian, nasib.
Ada beberapa pertanyaan Nyoman disurat yang tersirat dibawah ini. Bli akan coba mengembang dan menerangi hingga tumbuh jawabannya, atau bibit jawabannya.
Bagaimana orang bisa menanggapi sesuatu dengan emosi lebih dulu, dari pada kebijaksanaan lebih dulu. Itu tergantung dari pendahuluan. Siapa yang di hulu, siapa yang dipuja, siapa yang di-iring, siapa yang mendahului didalam diri orang tersebut. Kalau emosi, marah yang mendahului maka sang marahlah yang menerima kehadiran tersebut, (marah ada hubungannya dengan kesehatan organ: hati, organ dibawah paruparu kanan, dibalik tulang rusuk kanan). Sang emosi tak memberi kesempatan sang pikir bijaksana didalam otak bathinnya mencerna- menginterpretasi lebih dahulu , tetapi sang emosi menyaplok bagai Betara Kala apa yang datang.
Orang emosi sering cepat emosi baik dan cepat emosi buruk juga. Orang yang biasa hidup dalam dunia/tingkat emosi, bagi sang bijaksana tak ada gunanya melayani ditingkat emosi. Emosi yang didukung oleh kerohanian memberi jalan ke”RAUH”an. Lihat photo di salah satu artikel “blog” bli di internet ini: http://tapasudana-igede.blogspot.com/ , ada photo Bapak I Gede Madera yang menanyakan Pekak Mangku sedang kerauhan: siapa yang “rauh sekarang ini? Ada dewa yang gampang rauh lewat emosi. Mereka yang menyembahkan dirinya pada “dewa”, akan dikendarai oleh dewa tersebut, dan bisa jadi budak atau pemangku dewa tersebut. Dimana ada dewa yang memberi benda secara langsung. Dewa itu adalah ciptaan manusia. Awasi dan pelajari dengan teliti siapa manusia itu. Jenisnya. Isinya. Dllnya.
Untuk lebih mendalam mengerti, kenapa orang bersikap demikian, hanya orang yang bersangkutan yang mampu memberi jawaban. Awas dan waspada, jawabannya itu kalau tidak jujur, akan tidak jujur kenyataannya, dan tidak bisa dijadikan penerangan /penuntun buat manusia sesama didunia ini, kalau tak meluas kesadarannya.
Beli tulis diatas, segala yang baik akan dibarengi oleh bayangan keburukannya. Ini adalah hukum keseimbangan karma-phala. Bila orang ingin dan bernafsu besar berbuat baik, maka perbuatan buruk akan menuntutinya secara tak sadar. Baik untuk satu orang belum tentu baik bagi orang lain. Baik dan buruk itu tergantung dari tempat, waktu, suasana dan orangnya(si penerima atau si penyaran/pengucap).
Mengerti ilmu itu namanya pintar ilmiah sebutannya.
Mengerti orang lain itu adalah bijaksana namanya.
Mengerti diri sendiri itu sadar dan damai adanya.
Kesadaran dalam kedamaian adalah jalan ke moksah, menyatu Atman dengan Brahman, menyatu diri dengan alam semesta/penCIPTA, Sang Hyang Cipta yang tanpa awal dan tanpa akhir. DIA tap pernah lahir dan tak pernah mati. Itulah tujuan bli, Tuhan bli. Ini bli pelajari, ketika bli menjadi sekretaris Parisadha di Jogya, kadang-kadang membaca siaran agama Hindu untuk radio dan televisi di Jogyakarta. Naskah ditulis oleh Dokter Nala atau pak Sukadi atau pak sarjana Wiria Atmaja (ah lupa namanya, yang dari Tabanan yang ke AMN Magelang akhirnya). Hmm mmm, kenangan masa lalu, yang sekarang bisa dimengerti lebih mendalam atau lebih baik atau kurang baik, itu tergantung dari dedalaman ilmu dan keheningan kesadaran kita.
Penting sekali menjalani gerak-latih tribuana kebutuhan sehari hari yang berguna bagi kehidupan yang lestari, seimbang dan damai itu bisa berbantu latihan-latihan, gerak/olah badan, olah emosi, olah pikir (ini namanya teater tribuana.) Dulu kita punya di Indonesia menteri pendidikan jasmani, menteri olah raga. Kementerian ini tanpa dibarengi oleh menteri pendidikan rohani, olah jiwa sukma, tak bakal seimbang hidup kita. Mengolah badan dengan jimnastik, badminton, sepak bola dll sejenisnya, tak bakal memberi kepuasan bathin bagi orang yang ber-kesadaran-tribuana.
Mencari ilmu itu penting bagi orang yang miskin dan kaya, karena kekayaan dan kemiskinan yang membawa kebahagiaan-kedamaian itu dimulai dengan pengertian yang melahirkan kesadaran. Sadar akan kenyataan, dan mengolah hidup dari kenyataan.
Bapak kita sorang Guru sekolah rakyat, guru pendidikan jasmani, pematung, pengukir, pemusik, pemain tonil/sandiwara; Kalau olah raga, badminto atau voley misalnya di tanah lapang bale banjar pemedilan, behh, teriakannya mengelur, seperti pekak dagang siap. Ini pertanda tenaganya banyak, yang merlu di expressi. Ibu kita seorang IBU, mengawali jadi ibu terlalu kecil, katanya bli dilahirkan waktu ibu umur lima belas tahun, dan perkawinannya ditipu/ diakali keluarga, katanya mau pergi malam hari beli kacang asin, .....Kurang pendidikan sekolah, karena juga sekolah belum banyak ada waktu itu. Indonesia belum ada. Ibu kita pengemong anak, meski terlalu muda umurnya ketika memulai tugas mulianya itu. Saking banyaknya sang anak, sampai tak sempurna kewajibannya mengemong sang Bapak, dan sebaliknya sang Bapak juga tak sempurna tugasnya mengemong/ mengerti unsur keIBUan, karena harus memikirkan bagaimana mendapat uang utnuk menghidupi keluarga.
Pada saat yang kritis, mungkin, mungkin bapak memerlukan birahi kelamin yang besar dan sang ibu tak sanggup meladeninya. (Harus dimengerti, saat itu mungkin karena ibu sudah memasuki fase “ménophose” seorang perempuan yang tak mengalami menstruasi lagi, banyak terjadi komplikasi-komplikasi, seperti sukar tidur, temperatur badan naik, energi meningkat naik turun, emosi dll. Juga ibu sudah dioperasi, ditutup alat pelahirannya setelah melahirkan Tut Nuri). Saat yang kritik yang bli maksudkan itu adalah saat Bapak mengawini Sukadi, wanita dari keluarga nenek/ odah) , satu hubungan yang diidamkan oleh keluarga Pemamoran dan Pemedilan terjalin lagi.
Bli ada didatangi calon istri dari Sudimara dan Sukadi juga, mungkin mau dijodohkan pada bli. Bapak bilang: “ini ada Sukadi , ........” Bli menjawab: “kalau bapak mau kawin, silahkan kawin dengan dia”. Terjadilah adegan diloteng balé bedaja di rumah wit Pemedilan. Waktu itu bli memimpin percetakan Gema, kita punya banyak hutang dari perusahaan tenun ibu yang tak jalan bagus lagi dan perusahan import kayu dari Sumbawa dari ibu yang mulai menurun penghasilannya, sedang percetakan Bapak sedang memuncak dengan karangan buku sekolah dasarnya. Bli sangat bersyukur dan merasa subur. Waktu itu bli sedang mantepnya berolah yoga dan meditasi, mimpi ingin keluar negeri, untuk mengerti polah budaya orang barat yang nampaknya kebirit-birit di Kuta beach.
Tentang sekolah dan pendidikan.
Bli masih ingat , satu ketika bli tak mau sekolah ngambul ke Pekak di Pemamoran. Tidur disana. Pagi-pagi, sebelum Bapak kesekolah mengajar disekolah rakyat Pemecutan dimana bli disekolahkan kelas satu baru, bli dicari dengan sepeda, ditelanjangi dan bli menuntuti bapak berlari dibelakang sepeda yang dikendarainya dari Pemamoran ke Pemedilan, menangis selama marathon-kecil itu, sampai dirumah bli diikat disumur dan disiram serta dipukul, dengan dibarengi kata-kata pendidik menjerit tajam bahwa harus sekolah mencari ilmu untuk masa depan dan jangan memalukan sang bapak yang menjadi guru. Ibu pun lalu minta pada bapak dan berkata:” nah, cukup mlu monto Dé, cukup suba, ....” Sudah tentu selama marathon dari Pemamoran ke Pemedilan pagi itu bli lari, nangis, telanjang bulat dibelakang sepeda bapak (yang marah?mungkin) ), ada teman bli yang dalam perjalan kesekolah, dan mungkin satu dua guru melihat pak Madra dengan anak tertuanya ..... ha ha haaa, hm hmmm.
Disiplin keras seorang bapak, kasih sayang seorang ibu, itu semua sekolahan menempa-mendidik anak. HARUS DITIMBANG keselarasannya dan kebutuhannya, agar pemberi dan penerima sepadan, seimbang alamnya.
Nah itu kenangan yang pahit dimasa kecil yang sekarang bli lihat dan rasa dengan ketawa dan tangis, sedih dan gembira, menyadari, bagaimana jalan pendidikan itu, mempersiapkan sang anak untuk masa depan umat manusia, masa depan tri buana alit/agung, tetumbuhan, hewan manusia yang hidup dan alam semesta.
Satu pelajaran yang tak terlupa yang bli banggakan dari bapak, adalah bagaimana bapak menyiapkan bli dengan dasar-dasar tari bali ketika berumur 4 tahun (seingat bli), dalam satu acara sandiwara di banjar Pemedilan untuk meriahkan malam amal Galungan. Pakaian siap, kamen, saput, udeng, tapi ketika akan maju panggung, bli malu, menangis, mengundur diri. Bapak sudah tentu marah. Ha Ha Haaa. Sedang semua teman bli yang sebaya umur, menampilkan acara pertunjukannya yang sudah dilatih sebelumnya, ciptaaan dan bimbingan Pak Madra.
Pak Nyoman Siki, bapaknya Balok Sujana pun ada sumbangannya dalam pembentukan watak Bli. Tiap malam dinatah rumah Pemedilan ada latihan silat. Dengan musik, ilmu silat perkelahian.
Pekak Pande, orang sebut pekak Pedung tukang/pande emas, bli diasuh oleh pekak dan odah ketika Bapak sekeluarga masih di Sumbawa Besar, selama dua Tahun atau Tiga ...
Bapak kita, orang yang semangatnya berkobar kobar bagai api, bagai gunung berapi, belajar mengolah diri, mendidik diri, ikut orang Belanda ke Bogor berobat paru-paru atas jasa dan tulungan pekak Pande almarhum. Juga bapak melanjutkan sekolahnya ke Surabaya antara tahun 1945 –1948/9 (bli kurang jelas, harus tanya bapak, yang terang Santhi lahir tahun 1949, jarak empat tahun dengan bli, sedang semua adik bli yang lainnya berjarak dua tahun, jadi bli tiap dua tahun ngempu dan ngumbah aled adik-adikmu yang baru datang didunia ini, nasib apa yang melahirkan???).
Hasrat dan semangat bapak akan kemajuan yang keras ini melahirkan kekerasan watak (yang mungkin asal wataknya mungkin sudah keras, lihat anak-anaknya sekarang). Kita harus mengolah diri, merobah warisan yang jelek, memperbaiki tingkah laku dan watak selama hidup ini. Kapan lagi ada kesempatan, kalau tidak sekarang ? Jangan disia-siakan waktu hidup ini. Kita tak bisa membeli waktu di super market, atau dimana saja. Isilah waktumu dengan pengalaman dan kerja yang membina kebahagian hidupmu, kedamaian dunia.
Kekerasan bisa menimbulkan kekakuan dan tak menyadari kenyataan, karena kurang berdialog, terlalu keras memegang pendapatnya. Di keluarga kita tak terpelihara kebiasaan berexpressi kata-kata, bertukar kata, bertukar pikir. Maklumlah kita keluarga yang miskin, yang pertama memikirkan kebutuhan hidup primer. Pernah bapak pulang dari mengajar, cuci tangan akan makan, ibu bilang: “tak ada nasi dipayuke”, Bapak tidak makan, ambil kayu, mematung, agar bisa dijual, cari duit untuk makan. Ibu bikin mainan anak-anak dari kertas koran, dijual, untuk menghidupi anak-anaknya yang sekarang mungkin tidak sadar, bagaimana berat dan tanggung jawab orang yang beranak, terutama beranak banyak. Ahhh, kalau saja waktu itu ada pil penyetop/pengatur kelahiran. Ahhh, kalau saja waktu itu ada hiburan lainnya, televisi misalnya, yang lebih sering bisa dilihat. Salah satu hiburan dan kesenangan adalah bersenggama, bersetubuh.
Penderitaan ibu disiksa kata-kata ejekan dari pekak dan odah disuatu hari antara ditahun 1946 –1947? (tanya ibu kepersisan tahunnya), ibu melarikan diri malam hari karena tak tahan umpatan pekak dan odah yang kurang setuju dengan perkawinan Bapak Ibu, menggendong bli yang masih bayi dari Pemedilan ke Penyobekan lewat titi bambu di pasar badung, satu-satunya titi penyeberang disungai Badung. Kalau ibu jatuh dengan bli, tak adalah kalian semuanya, wahai adik adikku.
Semoga dengan cerita singkat ini, kalian bisa bersyukur hidup punya rumah, beranak, bersuami, beristri. Nasib Bapak dan Ibu demikian adanya, nasib dan kenyataan keluarga kita begini adanya, kita harus bisa menerima kenyataan ini, menghormatinya dengan membangun kehidupan bersama yang lebih baik keharmonisannya, tak ada yang salah 100% tak ada yang bena 100%, terimalah itu sebagai kenyataan, ke ADAan yang mengandung benar dan salah tergantung dari mana memandangnya, bagaimana menilainya dan mari kita olah bersama, inilah ladang sawah kita yang harus dipelihara kehidupannya.
Apakah perlu pikiran ini dibebani dengan pikiran prasangka dan emosi/rasa jang jelek menghancurkan dan menyakiti diri dan orang lain sesama (lahir-bathin), yang merampas kedamaian hidup dan tidur-tenangmu? Wahai nasib!! Dari mana datangmu?
1. Nasib menjawab kepada kita, tanpa kata-kata, tanpa suara, tanpa bentuk yang kurang lebih isinya begini:” Aku datang dari hening bathin/jiwa – ragamu.
2. Wahai kedamaian yang hening, datanglah hinggap dibenak sesama manusia didunia ini. Karena omongan nasib tak terungkap oleh kata-kata, tapi muncul tak terduga dalam keheningan bathin berupa kesadaran, maka berkaryalah menuju jalan ke kesadaran.
3. Kesadaran datangnya dari pengertian. Kecerdasan benak dikepalamu. Apakah kepalamu sering pusing?
4. Pengertian datangnya dari penerangan, perkawinan andara keadaan dan buah renungan, informasi dan refleksi/thinking-process, . Orang yang terang, orang bercahaya, bahasa inggrisnya disebut the one who attains illumination=orang bercahaya, bertaksu, beraora, orang yang menyentuh/disentuh sinar sang Brahman Pencipta, Brahma, Gni, Api.
5. Informasi datangnya dari observasi, pengawasan, menyerapan lewat panca indera (melihat-mata, mendengar-telinga, mencium-hidung, mengecap-lidah, merasa dengan bibir dan kulit badan). Penyerapan dan penyaringan data lingkungan lewat panca indera dengan ketenangan bathin akan membangkitkan indera keenam yang namanya intuisi, “klenteg bayu, klenteg sukma”
6. Observasi, pengawasan itu kwalitasnya tegantung dari consentrasi, daya pemusatan/ penjurusan pengamatan dan pemusatan/penjurusan cipta.
7. Daya consentrasi, daya pemusatan rasa-bayu-cipta itu tergantung dari kehening-damaian Sang Sukma, Atman yang menghidupi kita ini.
Adikku dan siapa saja yang mau membaca (tidak diharuskan mempercaya), renungkan dan coba praktikkan tujuh tingkat ini, dan rasakan, dimana tingkat kalian yang terkuat.
Mengerti tidak cukup. Mengerti itu baru tingkat otak, tingkat sarjana. Sarjana tak bakal ada gunanya tanpa kerja, tanpa praktik. Ilmu teater TriBuana adalah ilmu yang menumbuhkan kesadaran melahirkan praktik sehari-hari, entah dipanggung teater sandiwara atau dipanggung sandiwara kehidupan, entah selama satu jam, lima menit, satu detik atau seratus tahu, seumur hidupnya.
Secara tidak disadari (mungkin), kita selalu memanggungkan cerita, cerita hidup kita dipanggung dunia ini, yang penontonnya adalah:
1. Bumi yang kita pijaki ini
2. Langit yang kita junjung ini
3. masa lampau yang membawa kita disini sekarang
4. waktu /masa kini, kesekarangan
5. nasib/masa depan yang menunggu dan melihat menyaksikan pertunjukan kita ini.
Lima penonton yang selalu hadir dalam sadar dan bawah sadar kita.
Yang ke-6 adalah mereka disekelilingmu, mungkin ada orang yang melihat yang disebut penonton, (yang menuntun), anjing yang menggonggong, pohon dan rumah yang meneduhi kita dari kepanasan ......
Penonton yang ketujuh, sebutlah Tuhan yang ada dimana-mana, memenuhi segala yang berisi maupun yang hampa; kalau bukan Tuhan namanya, sebutlah itu kesadaran diri dan alam semesta.
Surat ini Bli masukkan di http://tapasudana-igede.blogspot.com/
Karena Bli menjawab suratmu, dengan membayangkan keluarga besar dan alam semesta sebagai penyaksinya.
Satu rahasia yang patut disebarkan adalah bila kau bertanya atau menjawab, pikirkan dan bayangkan: bertanya dan menjawab untuk seluruh umat hidup yang berbahasa, meskipun yang dihadapi itu hanya satu orang. Kalau dalam satu ada semua, maka Bhineka tunggal eka, adalah gema dari kata-kata itu, atau sebaliknya.
Damai dihati
Senyum dihati
Damai dan senyum didunia lingkungan.
Bli tapasudana
Montreuil, Perancis, 7 agustus 2007, jam 22:44.

To : Pakde Tapa
Fr. : Ibu Nyoman Sudiati.
Bli tapa yang baik… Bli tapa, surat bli sudah saya terima. Hati saya sangat senang sekali! Terimakasih banyak atas waktu bli menulis untuk saya dan keluarga di bali semuanya. Mungkin bli merasa lelah dan capek jasmani rohani menuturin adik-adik bli dirumah. Mereka semuanya belum bisa seperti yang bli harapkan. Rukun, damai dihati. Tapi bli, tiang mohon dengan sangat hormat, semoga bli tak bosan-bosan karena siapa lagi yang menuturi adik2. 8+5=13! Dan ketiga orang tua kita. Karena itu adalah milik kita semua yang tdk dpt dihindari. Kita sudah terlahir dari mereka org tua yang sangat kita hormati dan kasihi, tapi justru semenjak adik2 sdh berkeluarga tiang rasakan hubungan semakin jauh hatinya. Bisa2 nanti diantara anak-cucu tak ada yang saling mengenal. Sungguh, sangat tragis. Bli tapa yang baik… Surat2 sudah saya bagi2kan kpd adik2 semua. Ibu menerima surat dari bli. Tapi ibu jadi marah2. Seperti cerita saya dalam percakapan telepon kemarin. Saya jadi bertanya-tanya…, kenapa ibu begitu?! Mudahan-mudahan doanya tetap untuk kebaikan dan keselamatan anak-anak semuanya. Tadi pagi tiang lihat ibu sudah jalan2. Tulang belum pulih benar sdah jalan2 ke pasar. Ibu mengira tiang mengadu-ngadu kepada bli tapa yang tidak2. Untuk apa tiang mengadu-ngadu yang tdk ada gunanya. Umur saya sdh tua. Hari kematian sdh mendekat. Apa yang kita cari sekarang di dunia ini?! Teman sejati yang akan menyertai kita pulang menghadap Sang Pencipta adalah amalan ibadah perbuatan kita. Tidak suami, anak, cucu dan harta benda yang melimpah. Tugas pokok sebagai orang tua tahapannya mendidik smpai menikahkan sdh saya jalani. Syukur2 punya rumah. Untuk siapa lagi kalalu bukan untuk anak. Kita hanya sementara saja. Seumur hidup. Dia punyaku tapi bukan milikku. Begitu bli, menurut saya. Bersyukur saya lihat cucu. Alangkah bahagia hati saya. Tapi disatu sisi keluarga kita semakin rapuh saja kasih sayangnya. Kebersamaannya. Asah-asih-asuh tidak tampak. Padahal tidak ada masalah diantara kita. Padahal semua intelek dan terpelajar. Tapi kenapa dalam kebersamaan rasa asah asih asuh menyama braya to kukuhin rahayu kapanggih tidak ada. Mumpung kitas masih hidup. Masih ada waktu diberi kesempatan oleh Tuhan. Marilah kita seperti rantai, saling berhubungan, berpegangan erat satu sama lainnya. Saling berpelukan. Saling merindu. Siapa sih saudara2 kita itu?! Kenapa sampai begitu jauh hatinya. Malu sama masyarakat dan orang lain. Bapak jadi panutan mendidik. Mengarang buku yang dipakai jadi bacaan berjuta-juta orang. Tapi anak2nya tidak dapat bersatu. Saya tidak tahu?! Apalagi pendidikan tinggi dan harta banyak. Sayang rasa persaudaraan sangat miskin. Selama 35 tahun saya mengabdi di kesehatan banyak hal yang saya dapat pelajri. Kawan dipakai saudra. Setiap hari bertemu. Dokter2 banyak membantu. Tapi kenapa kita yang hanya belasan orang saja tidak bisa…..?! Bli tapa, saya yakin kita pasti bisa! Kalau ada bli dirumah. Susahnnya seperti bagaimana mencari benang yang sudah susut lama. Siapa yang punya benang susut ini? Siap yang menyusutkan benang ini? Tolong bli , sya tidka tahu jawabnannya. Bli tapa, saya senang menulis. Karena merasa enak. Tak ada pikiran untuk mengadu yang tidak2. Saya hanya ingin cepat sembuh. Tidak minum obat lagi. Pkiran kusut, tidur susah, uang habis. Bli tapa perlu ketahui juga tanah yang dikasih bapak kepada tiang di baturiti, saya tidak tahu ada teman yang mau beli. Waktu itu, Rp 50 juta. Syukur ada yang beli. Ada saya pakai biaya berobat sampai habis. Saya merasa kecewa tdk bsa memenuhi harapan bapak untuk berkumpul di baturiti karena keadaan yang memaksa. Maafkan saya bapak. Punya wiwik, mawan dan jayuk dibeli nuradi. Bapak waktu itu sdh tahu saya jual. Tapi tidk ada yag tahu saya sakit. 4 thun tidak bisa tidur. Penyebabnya saya tidak tahu. Pikiran tidak fokus. Putus asa. Berobat sdh kemana-mana. Akhirnya saya berobat ke psikiter dan saya tahu terkena depresi. Jiwa yang sakit. Badan tidak apa2. Dokter apa saya bisa gila? Jangan terlalu dipikir. Sekarang berobat saja. Dokter apa saya boleh bercertia masa lalau.?? Boleh asal ibu nyoman merasa nyaman. Ceritakan kepada orang terdekat. Bli tapa banyak sekali yang saya ingin ceritakan. Salah satunnya yaitu, cerita masa lalu saya di Sumbawa ikut bapak. Waktu itu saya masih SR. tapi saya sdh bisa naik sepeda. Waktu itu hamil besar nurjaya. Sudah mau melahirkan, dikira mau berak tapi ternyata mau melahirkan. Tiang disuruh cari bapak kekantor. Tiang naik sepeda, waktu itu benar2 terjadi keajaiban saya terjepit ditengah-tengah 2 dokar yang larinya kencang sekali. Sopir dokar marah2, orang sudah teriak2. tapi saya tak apa2 bli! Mungkin waktunya saya belum mati. Diberi umur panjang sampai hari ini. Tuhan masih melindungi saya. Saya ketemu bapak dan bilang kalau ibu mau melahirkan. Bapak cari bidan. Saya pulang naik sepeda. Diperjalanan saya kembali ditabrak sepeda yang nabrak bli arka tentara dari panti. Dulu dinas disumbawa. Seandenya saya mati, bli tdk pnya adik yang bsa cerita seperti sekarang ini. Lahirlah nyoman nurjaya. Saya nyuci ari2. disumbawa ibu dan bapak sdh tidak rukun. Ibu sakit batuk dan keluar darah dari mulutnya. Akhirnya bapak dapat pindah lagi ke bali. Lahir lagi adik kita nuriasih yang kedelapan. Mbok rai tamat smp sekolah ke singaraja skka selama 3 tahun. Tinggallah saya dirumah sendiri, mengempu spt yang saya pernah ceritakan kepada bli. Apa bli masih ingat? Tut nuri tak mau sekolah TK, bli siram dia dengan air. Saya antar sekolah. Saya ikut duduk dibangku TK. Bli, dari dulu bapak-ibu tak akur. Tapi kenapa sampae punya anak 8 org? apa waktu bersenggama tidak ada saling mecinta? Nafsu saja? Apakah anak2 yang dilahirkan berdasarkan cinta kasih? Maafkan saya bli, saya tidak menjelekkan org tua kita. Dari keluarga yag rapuh, saudara2 kita masih mendapatkan pendidikan yang lumayan utk masa depannya. Mungkin ini sudah menjadi bagian kita yang harus kita terima. Wkt itu mawan yang jadi tulang punggung keluarga. Disekolahkan di percetakan sama bapak. Begitu tamat langsung bekerja dan cari uang. Tiang, nuradi, tutde, jayuk, tut nuri sekolah. Mawan juga kasihan bli. Dari anaknya masih bayi sampae sekarang ( mahasiswa ) tak akur sama istrinya. Tapi masih dalam satu rumah? Tapi tidak ada tegur sapa? Mawan bikin kamar sendiri diluar. Saya tidak bermaksud mencampuri urusan keluarga mawan. Hanya mereka yang tahu. Tapi knapa seperti bapak-ibu?! Kasihan anak2 nya. Bli tapa, seandenya saya mati saat disumbawa mungkin ceritanya selesai. Tidak ada cerita seperti sekarang yang sekarang sedang menderita depresi, menulis kepada kakanya I gd. tapa sudana yang bijaksana. Lebih dulu saya minta maaf. Saya tidak mengatakan perjalanan hidup saya ato siapa2 yang menyebabkan say sakit seperti ini. Ini adalah memang bagian dari hidup saya bli. Saya jalani saja. Seperti obat rasanya pait. Ditelan saja. Bagai pohon pahit yang berbuah sangat manis. Bagai pohon kejiwaan yang kerap menjadi menyatu dari ranting, daun, batang, akar. Disatu kesempatan ditindih satu persoalan yang berat dan besar tapi buahnya sangat manis. Pohon tersebut bernama kesabaran. Kok bisa ya, pohon pahit buahnya manis? Kesabaran sangat pait. Tapi soal manis buanya tdk ada yang ragu. Bagaimna caranya kesabaran bisa dilatih dan diperbaiki?! Mungkin kita harus SIM: Sabar Ikhlas Menerima mengatakannya gampang. Menjalankannya hars tahan banting. Berat! Menurut bli bagaimana? Bli, blum sempurna sekali tentunya. Namun sdh cukup bnyk sy menikmti buah yg sgt manis dari pohon pait yang bernama kesabaran. Misalnya, keluarga saya selama ini baik2 saja. Beda agama, watak, budaya saya jalani dg sabar. Walau ada kerikil2 tajam dapat saya lalui. Sampe saya punya 2 anak dan 2 cucu. Sukur lagi kedua anak dan mantu saya sgt baik. Mengerti. Hormat kepada org tua. Taat beribadah. Mrk tdk neko2 rukun bersaudara. Hati saya bahagia sekali. Tiang dan mas bagio tdk ingin ditakuti anak2. Takutlah kepada Allah yg ciptkan dunia ini beserta isinya. Mereka rukun2 bersaudara. Syukur bli kepada Allah. Saya menikmati manisnya pensiun. Yang saya tanam selama 35 tahun. Sekarang sy tinggal memetiknya. Bli tapa, ceritanya bertahap saja. Banyak yang akan sy sampekan. Nanti bli capek membacanya. Waktu ibu marah terima surat dr bli, saya tidak bisa tidur. Apa penyebabnya? Kenapa bisa begitu? Tidakkah ibu ingat masa lalu bersama. Seolah-olah saya ada pada posisi salah. Padahal kalau sakit, saya dan mas bagio yang antar. Apa karena saya tidak bisa kasi uang banyak. Kalau dikasi uang ibu sakitnya sembuh. Biarlah bli, hakim yang seadil-adilnya adalah Allah.
Bli, sekarang saya tulis lagu untuk bli… TITIANG JATMA SUMANTARA NISTA LANCUR MANU MADI MERARAPAN SUKA LEGAWA CATUR BEKEL TITIANG PASTI SUKA DUKA LARA PATI NIKA WANTAH TITIANG TIKUL TITIANG MEWASTA I NYOMAN SUDI NYADYA TITIANG TANGKIL MANGKIN RING BLIN TITIANG I GEDE TAPA SUDANA YANG BIJAKSANA NUNAS TUTUR SANE KATAH MATUR SUKSMA BLI.
Bli… Yang penting jangan sedih. Bingung memikirkan saya. Jga diri baik2. biar bli sehat. Saya juga mulai membaik. Sehat jiwa dan raga. Lahir batin.
Bli saya ada pantun :
NAGASARI CEMPAKA BIRU BUNGA RAMPAI DIDALAM CEPU RASANYA HATI SANGATLAH RINDU BILAKAH KITA BISA BERTEMU BLI
Terima kasih banyak. Salam hormat saya untu bli. Dari adik yang setia, NYOMAN SUDIATI. Maafkan bli, kalau ada kata2 yang salah.

Jawaban TapaSudana atas surat dari Ibu Nurani.
Surat Ibu dibawah ini Tyang sudah baca, Terimakasih atas pemberitaan ibu. Ibu menerima bantuan tyang yang berupa uang dan diterima kasihi … Semoga dimengerti anak ibu sekarang menganut agama TriBuana ciptaan tyang sendiri dari kelanjutan ageman leluhur kita yang di desa kala patra kan. Anak ibu, i gede tapa sudana, tidak bermaksud menggurui orang tua, tapi dibawah ini adalah pembeberan kenyataan keadaan lahir bathin anak ibu yang merantau diluar negeri dan akan pasrah menghabisi hidupnya dimana saja. Agama tyang sekarang adalah ageman hidup yang tyang lakukan sehari hari. Kelakuan sehari hari ini adalah buah karma dan cipta olah diri, lahir bathin. Mungkin nama tuhan sama: Sang Hyang Witdhi, tapi nama yang sama mungkin isinya berbeda. Karena itu, kata-kata, laksana perlu diolah yang merupakan pancaran/cahaya/ciptaan penciptanya/MAHAPENCIPTAnya. Dalam ajaran ini harus dimengerti bahwa orang yang menerima uang selayaknya menerima kata-kata, buah pikiran pemberinya, dari buah pikir itu lah tercipta kesehatan lahir bathin. Tyang ada tulis surat panjang pada anak-anak ibu yang menulis pada tyang. Tolong surat itu ikut dibaca, supaya ibu mengerti apa isi pikiran anak ibu, apa isi uang itu. Supaya ibu mengerti bagaimana anak ibu berkembang sendiri di Eropah tanpa ada bantuan uang dari keluarga, semoga ada pengertian ( pengertian bisa berbentuk uang/materi dan laku/karma). Mendidik anak tak ada bats waktunya, begitu juga pendidikan orang tua, kalau orang tua masih mau MENDENGAR, MALIHAT DAN MENERIMA KENYATAAN ANAKNYA yang sekarang ini. Sakit dan kecelakaan itu (menurut pendapat tyangé) datangnya dari tingkah laku, tingkah laku datangnya dari buah pikiran. Mengolah tingkah laku adalah kerja yang harus dilakukan oleh manusia selama hidupnya. Kita harus merenung dan menyadari: seberapa ibu/orang tua membantu anak-anaknya membesarkan keluarganya, memelihara, mendidik dan sebaliknnya seberapa anak –anak ibu sekarang berhubungan dan membantu orang tua. Itu adalah hukum karma phala, timbal balik, kalau orang tua dulu banyak membantu anaknya, sebaliknya akan wajar anak membantu orang tua dan inipun tergantung dari kesadaran dan pendidikan anak yang tergantung dari orang tua dan anak tsb. Ibu tak boleh ngambul seperti anak kecil. Anak-anak ibu sudah cukup punya banyak persoalan. Jangan bicara kejelekan orang tanpa pengusulkan jalan perbaikan. Bicara kenyataan itu perlu, dan harus dimengerti KENYATAAN TIDAK SELALU BAIK, TAPI JUGA ADA JELEKNYA. Kalau sang anak datang pada ibu dan menyuguhkan kamar, rumah, makanan, senyum, ibu harus bisa menghargai dengan sikap yang sewajarnya. Tiyang merasa ibu masih sering mengumpat dan ngomel omonngan yang tak berharga, banyak emosi kurang inteligensi. Kalau benar begitu, ini harus dengan tabah diakui dan disadari. Dengan kesadaran, harus bertindak, belajar dan berkarma mengolah kelakuan, kebiasaan yang buruk, tingkah ltri kaya parisudha yang tak terhormat itu diubah agar baik dan selaras dengan lingkungan hidup, keluarga, banjar, negara, dunia .... DENGAN MENGOLAH DIRI itu berarti BEROBAT, jadi saja dokter yang akan menyembuh sakit itu tapi tergantung dari pasiennya, apa orang itu mau disembuuhkan. Harus mengerti sumber penyakit, obat bukan saja berbentuk materi,, tapi juga nasehat, ilmu yang memberi pengertian. Orang yang bodoh itu akan sulit mengerti secara cepat, dan ini bisa menjadi salah mengerti, pertengkaran, sakit hati, SAKIT, kecelakaan, dan lain lainnya. Tyang ingin pulang, tapi tak ada uang dan juga waktu. Kerja tidak selalu ada. Yang namanya kerja tiyang sekarang adalah TriBuana, ini barang dagangan yang termuat dalam internet. Ada photo. Ibu dan semua keluarga harus belajar pakai internet kalau masih mau berhubungan dengan tiyang. Kalau tidak, kekeluargaan akan putus. Tentang pandangan tyang mengenai keluarga, tiu tertulis dalam surat untuk Nuri dan ManSudi. Nah sekian dulu, semoga tyang bisa bicara dengan otak hening takaran pemangku yang ada dikepala ibu, bukan dengan emosi liar tak terkendali. Om swastyastuu, Damai dihati damai dilingkungan Senyum dihati senyum dikeluarga dan sesama , Montreuil, minggu 5 agustus 2007. Anak ibu, tapa sudana.
SURAT DARI MBAH (kata Ario pada wak Tapa)
Nanda Gede Tapa Sudana apa kabar? Mudah-mudahan Gede sekeluarga selalu dalam lindungan Tuhan dan murah rejeki. Ibu sekarang dalam masa penyembuhan. Sekarang ibu dirawat sama nyoman sudi. Obat, periksa kedokter dan susu kalsium untuk tulang semuanya disediakan oleh nyoman sudi. Untuk sementara selama perawatan ini Ibu tinggal di rumah nyoman sudiati agar terkontrol dan mendapatkan perawatan yang semestinya. Gede terima kasih atas bantuan dan perhatiannya kepada ibu di bali. Semoga gede dan Pipa dan lutcia selalu bahagia dan rukun selalu. Kalau gede ingin berkabar kepaada ibu, alamatkan saja pada adik gede nyoman sudiati. Bagaimana keadaaan cucu ibu lutchia dan anak ibu Pipa? Mudahan selalu dalam lindungan Tuhan. Ibu selalu berdoa untuk keselamatan gede, pipa dan lutcia. Sekian dari ibu.

Surat untuk Tut Nuri, balasan dari Tapa.
5 agustus 2007.
Nuri, om swastyastu ,
semoga selamat, semoga tri kaya parisudha mengawasi dan membimbing kita
Nuri,
bli membaca berita keluhanmu tentang keadaan economimu,
Bli sudah ikut membantumu lewat ibumu,
semoga tut nuri menyadari, dari mana datangnya uang yang ibu ambil dari banknya,
Bli di eropah sekarang dalam kesulitan kerja dan uang juga,
tapi tak pernah ada keluarga yang membantu bli.
dalam ajaran hindu ada yang disebut manacika, wacika dan kayika.
dari pikir, keluar kata dari kata lahir laksana/laku.
pikiran baik, dengan kata-kata yang tidak baik, itu berarti tingkah laku yang tak baik, itu apa gunanya?????
Hati hatilah kalau berkata-kata (bertingkah laku) terutama dengan saudaramu dan orang tuamu. Kita sekarang harus bisa membantu orang tua, mengemong orang tua yang tingkah lakunya terkadang tak patut dituruti.
Bli bisa merasa (meski dari jauh) seberapa perkembangan kelakuan mereka. Tapi perasaan bli belum tentu benar. Siapa yang patut dituruti dan dihormati dan dijadikan saudara. Persaudaraan itu ada banyak jenisnya.
Ada saudara yang berasal dari darah kelahiran, ada saudara seperjuangan, ada saudara keilmuan, ada saudara hoby atau kesenian, ada saudara kematerian/keuangan/perdagangan.......dll.
Saudara sedarah-lahir, tak akan ada kelangsungannya kalau tak dibarengi dengan persaudaraan buah pikiran/manah. Manah atau pikiran itu datangnya dari acep, ageman, agama ....
Dari acep lahir pikir,
Dari pikir lahir kata tutur bicara (ini sering diwarnai oleh tingkah laku emosi yang sering mengotori sang manah-murni), keluarga I Gede Madera sering kebanjiran emosi yang merendahkan nilai mereka sebagai manusia yang beradab, berbudaya luhur...
Dari kata lahir laksana, latihan, kerja sehari hari yang dihidupi,
Dari latihan dan kerja terbentuk kebiasaan, tingkah laku sehari-hari, (nah disinilah Ketut Nuriasih harus waspada, kebiasaan melahirkan kata-kata dan tingkah laku yang mungkin menyakiti orang dan diri sendiri; ini sering tak disadari); merenung, bermeditasi bangun pagi dan sebelum tidur itu satu jalan mengolah kebiasaan, yang penting dan berguna untuk berhubungan dengan desa, kala, patra dan manusia sesama. Disini bli bertanya: apakah latihan lahir bathin Tut nuri dan suamimu yang dilakukan sehari-hari; Kalau sembahyang misalnya, hendaknya diteliti, seberapa sembahyang itu merubah watkmu yang akan merubah nasibmu???? Renungkan laksana, karma yang akan membangun masa depan dan keharmonian/kelestarian/kebahagiaan.
Dari kebiasaan inilah akan lahir watak, watak yang mengendarai kebiasaan. Kita bersekolah untuk ilmu, tapi tak ada sekolah yang mengolah dan membina watak. Pembinaan watak itu sekolahnya bernama sekolah WAKTU, DESA, PATRA, KEHIDUPAN.
Dari watak akan lahir bibit nasib. Nasibmu akan mendapat uang, kata-kata atau laku itu tergantung dari watak ....kebiasaan ...olah-harian/latihan .....kata-kata.....pikiran......acep.......TUHAN?!?!
HARUS DIMENGERTI apa kah TUHAN itu, kalau salah mengerti TUHAN bisa menjadi HANTU. Tiap orang harus men-definisi Tuhannya sendiri-sendir. This definition is not finish yet, is not definitif, not a dead definition, bukannya perumusan yang mati. Tiap orang punya nama tuhannya sendiri sendiri. Nama yang sama, isinya belum tentu sama. Nama yang berbeda mungkin punya isi yang sama. Misalnya piring dan telapak tangan, dua kata yang bisa berisi yang sama, nasi, misalnya. Inilah kemiskinan daya dan tenaga kata-kata (kamu Tut Nuri yang menjadi wartawan, seorang yang sepatutnya tahu dan bisa mengendarai kata-kata).
Nah apa yang bli tulis disini adalah BENTUK LAIN DARI UANG, bentuk lain dari materi, bentuk lain dari watak, tingkah hidup ... sesuatu yang dibagi dengan sesama untuk meratakan persaudaraan.
Orang yang menerima TriBuana, artinya orang yang jujur menjalani marga harmony dari pikir, kata dan laku, mereka yang mengerti menerima materi itu harus dibarengi dengan menerima kata-kata dan laku/laksana/karma. TriBuana adalah lahir dari acep bli yang acep bli itu dilahirkan oleh leluhur dan lingkungan dan Bli sendiri. Tiga unsur pencipta, pengolah nasib.
Bli mengawasi isi surat yang sampai pada bli dari adik-adik dan orang tua. Bapak tak pernah berkabar, ibu berkabar doa selamat, keadaan kesehatannya, minta uang; Nyoman sudi sekarang sering berkabar dan mulai bertukar pikiran, ini adalah jalan membina dan memelihara persaudaraan. Tutde Sudarmadi dengan Bli banyak bicara tentang filsafat hidup, tingkah laku dan berita keluarga yang bli sangat butuhkan dan rindukan. Nyoman Jaya sekarang tak ada hubungan lagi dengan Bli. Mawan sama sekali tak ada berita, kecuali bila bli yang telpon.
Nah, agar Tut Nuri mengerti keadaan "keluargamu". Istri dan suami dari adik-adik bli (ipar? namanya? maaf bli sudah lupa), mereka tak ada yang berhubungan kabar-berita. Apa hubungan bli terhadap mereka ??????
Kamu sekarang sebaiknya memelihara hubungan, dan teliti-tela'ah, apa ISI hubunganmu itu dengan mereka.
Selamat mengolah.
bli ingin membantu semua keluarga bli, tapi bantuan bli bukan saja berupa uang (yang sekarang ini banyak kesulitan, bli ingin pulang, tapi tak punya uang, karena tak ada kerja yang tetap).
persaudaraan bli, adalah dengan mereka yang masih mau berhubungan, jenis persaudaraan tergantung dari isi hubungan.
Untuk mengerti seorang manusia: pertama harus diindera/ di"observasi" wahananya, sarana hidupnya dan sarana expressinya; kedua, harus dimengerti tujuannya; ketiga harus diteliti dasar-dasar kepuasan dan dasar-dasar kebahagiaan lahir bathinnya; keempat, awasi dan mengerti tingkah-laku-wataknya.
Inilah bantuan bli untuk Tut Nuri membarengi uang yang diterima dari ibu.
salam sejahtera,
santhi....
amin....
Allah itu wyapi wiapaka, ada dimana-mana dan memenuhi segalanya tak dilekati oleh apapun.
bli tapa
salam untuk semua keluarga
isi surat ini bisa dibagiratakan pada keluarga.
sejak dulu bli mengusulkan adanya tukar pikiran lewat surat, fax, telpon, internet ....semoga bisa lebih sering terjalin, dimasa depan, ......semoga.....isyaAllah.
Le 17 juil. 07 à 12:33,
ketut nuri a écrit :
Apa kabar bli harapan tiang bli sehat sehat selalu demikian pula nuri di bali Sepeninggal surat ini nuri mohom maaf baru kirim kabar karena baru tahu email bli dari mbok sudi. Nuri ada kesulitan biaya anak nuri yg nomer dua namanya dwi gunawan tiang harap bli bisa Bantu ringankan beban nuri hingga sampai saat ini nuri masih prihatin sewa rumah aja masih belum lunas belum lagi hutang di bank sebanyak 700 ribu rupiah Nuri ada no rekening dibank mandiri atau bli bisa titipkan lewat rekening ibunda biaya untuk sekolah dwi perlu untuk bulan ini sudah harus lunas. Sementara ini nuri baru merintis karir disurat kabar sebagai penulis tetap juga sbg wartawati ,marketing,juga peramal semua jabatan itu nuri pegang dlm satu media Selama ini nuri sebagai wartawan hanya bermodalkan kertas dan pulpen. Camera dan tape recorder nuri blm bisa beli karena terbentur biaya. Banyak tulisan dan liputan sudah nuri terbitkan dan nuri sudah simpan untuk beli baca nanti jika pulang kebali. Nuri ada rencana akan bikin buku kecil akan nuri terbitkan dlm satu buku dg penyusun atas nama nuri sendiri semoga lancar.dan nuri akan minta masukan juga untk tulisan selanjutnya kpd bli. Dulu nuri kerja disurat kabar juga dan baru bulan ini nuri diterima ditempat yg baru Agar bli tahu anak nuri yg pertama ada dijakarta nuri titip sama mertua karena ekonomi tak mencukupi untuk 2 orang anak. Nuri masih prihatin terus,semua nuri hadapi dg tenamg. Tiap selasa dan jumat nuri ikut meditasi dikantor seluruh staf dan juga untuk umum bisa ikut. Meditasi bersama. Selama nuri belajar menulis disurat kabar apa yg selama ini menekan perasaan nuri tuangkan kedalam bentuk karya tulis disurat kabar.honor dari menulis hanya cukup untuk kebutuhan sehari hari dan kadang inipun tidak cukup karena ada saja kebutuhan yg mendadak Sekian kabar dari nuri,akan tunggu kabar dari bli secepatnya. Sekali lagi mohon maaf lahir dan bathin semoga tuhab yang maha esa selalu memberkati kita semua amin Wassalam dari nuri sekeluarga Denpasar 17 juli 2007 Om santhi 3x

Balasan Surat untuk Nyoman Sudiati dari TapaSudana.
Surat Nyoman dibawah ini sudah bli baca dengan teliti, (ada dua surat tinta hijau ) bli senang sekali mendengarkan berita keluarga, perkembangan lahir bathin mu, filsafatmu, latihan sehari hari, pandangan tentang keluarga, tentang pendididkan, tentang segala bentuk kejadian danilmu dan agama sedunia.
Jangan merasa picik, karena itu tidak membantu. Bersikap yang wajar, itu jalan penyembuhan. Persoalannya, apakah kewajaran itu?
Bli ada nulis surat untuk tut Nuri, panjang, dan mungkin beberapa isinya ada gunanya utnuk semua keluarga diketahui, karena bli menulis sikap dan pandangan bli tentang keluarga. Apa itu keluarga;
Inilah berapa salinan dari surat bli utnuk Tut Nuri.(tinta biru, diatas)
Nah selamat membaca dihari minggu ini
Maaf, bli harus main dengan Lutchia, karena dari pagi didepan computer nulis surat untuk ibu, Tut Nuri . Bli tak punya pengempu, harus kerja berdua dengan Pippa, membesarkan keluarga, seperti halnya dengan beberapa saudaramu, tak semuanya dapat bantuan orang tua ngempu cucunya, karena bapak sudah sibuk dengan istri kedua, ibu kurang pendidikan, hubungan keluarga tak banyak tukar pikiran, tukar bicara (yang sebetulnya pangkal kedamaian). Inilah warisan kita. Semoga Bapak dan Ibu kita menyadari, bahwa pendidikan mereka tidak membantu secara mendalam pendidikan anak-anaknya. Mereke yanga mau hidup damai rukun harus terus belajar menyenyuaiakn diri dengan perkembangan ilmu, solsia, agama, komunikasi dunia yang sekarang;
Salam sejahtera
Bli Tapa Sudana I Gede salam untuk semua keponakan yang mau berhubungan.
Surat ini bisa dibuka utnuk keluarga yang berminat mengerti perkembangan bli.
Ini alamat blog (artikel/tulisan dan photo seminar ) bli di internet :
http://tapasudana.blogspot.com/ http://theatretribuana.blogspot.com/ http://champatribuana.blogspot.com/ http://www.spazioendaxi.it/html/tapasudana/tapasudana.htm http://www.dropshots.com/tribuanamontevaso http://www.dropshots.com/tapasudana http://champatribuana.blogspot.com/ http://www.dropshots.com/tribuana http://tribuana-napoli-2006.blogspot.com/ http://tribuanahellas.blogspot.com/
http://tapasudana-igede.blogspot.com/ yang terakhir ini isinya silsilah keluarga MaNurSuka
Surat I dari Nyoman Sudi.
Bli Tapa yang baik. Bli, tiang ingin menulis lagi. Walaupun tidak penting bagi bli tapa karena saya banyak punya waktu setelah pensiun. Dulu saya tidak bisa bagaimana cara menulis dan berhubungan dengan bli selain bertelepon. Maklum bli, ilmu saya sedikit. Sekarang saya punya anak, mantu bisa mengirimkan surat saya kepada bli lewat internet. Maaf bli bukan karena bli sudah bantu saya kemaren namun karena memang saya tidak tahu alternatif cara berhubungan dengan bli. Hanya tahunya lewat telepon dan surat. Karena kemampuan yang terbatas dan tidak bisa komputer. Otak saya sudah error, kena depresi. Hahah..aha. Terima kasih banyak bli atas bantuannya beserta mbok Pipa. Semoga saya cepat sembuh. Bli tapa yang setia, ibu sudah saya ajak kontrol ke pol bedah. Sudah banyak kemajuan. Sudah bisa tidur, makan, minum normal serta minum susu berkalsium. Buang air besar dan kecil normal. Cuma masih terasa sakitnya. Penyembuhannya memang agak lama, karena umur sudah tua. Kata dokter, ibu tulangnya sudah tipis tidak boleh jatuh lagi. Bli tapa, memang semua itu berpasan-pasangan. Ada sakit, sehat, senang tidak senang. Maaf bli, mungkin dulu bli dirantau merasa sebatangkara. Tak punya siapa-siapa. Tapi sekarang bli sudah punya mbok Pipa dan Lutchia yang bisa membuat perasaan dan hati bli senang. Sebuah harapan masa depan yang bersinar. Semoga dapat menjadi anak yang membanggakan orang tuanya. Bli, mungkin bli sudah berbuat banyak untuk keluarga di bali, bapak, ibu adik2 dan termasuk saya. Saya sangat kasihan kepada bli. Semoga bli sehat dan bahagi dilindungi Allah SWT. Bli, sekarang saya sudah pensiun. Saya tidak dapat membantu keluarga dengan materi. Hanya tenaga dan ilmu kesehatan yang saya miliki serta kasih sayang yang dapat saya berikan. Bli tapa, memang saudara-saudara kita banyak. Ada yang jauh ada dekat. Tolong bli tapa dapat memberi tahu dan mengajari saya bagaimana caranya agar saya dapat menjadi pioner berkomunikasi dengan keluarga besar. Sehingga komunikasi dan silaturahmi antara anak dan orang tua, antara saudara dapat terjalin dan harmonis. Karena saya ingin merasakan dan melihat kerukunan, kedamaian dan kasih sayang antara keluarga. Saya tidak ingin ada yang jauh hatinya walaupun dekat tempat tinggalnya. Saya ingin saudara-saudara sama pemikirannya seperti bli tapa yang sangat menjaga silaturahmi antara keluarga dan dunia seperti yang bli tulis kemarin. Keluarga, masyarakat, banjar dan lain sebagainya. Maaf bli, seberat-berat mata memandang lebih berat bahu memikul. Begitu kata orang. Saya tidak tahu apa benar atau salah. Bli tapa yang baik, ternyata pekerjaan yang berat, kalau dikerjakan dengan senang dan ikhlas akan terasa ringan dan hati merasa senang. Masih dapat berguna bagi orang lain. Bli sudah tahu saya menderita depresi. Kata dokter, penyakit saya seperti kupu2. bisa hinggap dimana saja tanpa pandang bulu. Anak2, dewasa, orang tua, kaya miskin semua bisa dihinggapi. Bli, anak saya 2, mantu 2, cucu baru 2. semoga saya banyak punya cucu bli. Syukur kepada tuhan mereka semua baik2. hormat kepada orang tua dan taat beribadah. Semoga mereka dapat berbakti kepada orang tuanya sebagaimana kewajiban anak kepada orang tua. Kebanggaan yang tidak terkira. Bli, Nabila anaknya Retno mengajari saya bernyanyi. Sekarang dia TK kecil. Adam TK besar. Liriknya : Satu-satu aku cinta Allah Dua-dua cinta rasul Allah Tiga-tiga cinta orang tua Satu dua tiga jalan masuk surga Sangat senang sekali saya mendengar. Hati saya terhibur dan suka. Saya juga sudah dengar lagu puri cening ayu, bli main gitar pake kaca mata. Bli, tiang rindu sama bli tapa ingin bertemu. Aduh, sungguh sangat bahagia rasanya bila kita bisa bertemu. Bli sekian dulu dari saya, kalau ada kata yang salah maafkan saya. Semoga saya bisa menulis lagi untuk bli tapa sekeluarga. Bli saya tulis lagu lagi. Lagunya pekak sama odah kita jaman dulu. Apa bli tapa masih ingat????? Lirik : Iseng-isenge menyurat Nanging sekare kewidi Mengapus bharata yuda Mengingerang munyi bali Sinampura dewa gusti Antuk ida dane ipun Mamunggal punang cerita Duk sang salya senapati Sampun puput Mabiseka jaya jaya. Terima kasih, semoga bli senang. Bali, 23 Juli 2007 Nyoman Sudiati
Surat II dari Nyoman Sudiati. Bli Tapa, Bli saya senang menulis, tapi saya tidak tahu apa bli senang atau tidak dengan topik yang itu-itu saja. Sejujurnya, saya tidak pernah menulis kepada saudara-saudara lain. Mungkin belum. Tapi hanya melalui telepon seringnya. Bli, kalau saya sering menulis apa tidak mengganggu pekerjaan bli?!? Keluarga di Bali semua baik2 saja. Bapak-Ibu juga baik. Ibu tinggal menunggu waktu penyembuhan tulangnya merapat. Saran dari dokter, pakai korset. Sudah saya belikan. Dan kontrol terus perkembangannya. Tapi ibu bengkung… Minta duduk terus dan jalan-jalan. Mudah2an ibu cepat membaik. Kata dokter 3-6 bulan normal. Karena usia sudah tua. Tidak perlu minum obat terus. Hanya perawatan saja yang sangat perlu. Harus taat pada aturan dokter. Bli, saya sudah dibikinkan alamat e-mail sama Andi. Namanya : sudiati123@yahoo.co.id Mengenai penyakit depresi yang saya derita, masih dalam perawatan. Masih minum obat pagi-siang-sore-malam. Semoga saya diberikan kekuatan dan kesabaran oleh Allah. Lebih kurang saya menderita selama 4 tahun memang waktu yang cukup lama. Setiap hari minum obat. Kadang2 saya merasa bosan dan putus asa. Tapi saya berdoa terus semoga saya kuat dan sabar menjalaninya. Mungkin ini bagian dari hidup saya. Tuhan itu Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Dia tidak akan menyia-nyiakan umatnya. Mungkin ada hikmahnya. Bli Tapa, hari ini tiang ingin menulis lagu-lagu untuk bli. Untuk menenangkan hati saya yang sangat rindu kepada bli Tapa. Tiang lihat bli di internet menyanyi Puri Cening Ayu. Ingin sekali saya memeluknya dan berbicara banyak sekali pada bli. Tapi tak bisa. Itu Hanya gambaran saja. Air mata saya keluar. Membayangkan seandainya bli Tapa ada dirumah. Aduh, bagaimana bahagianya hati saya. Tapi lagunya, sangat sederhana. Untuk menenangkan hati. : MULA KETO Kocapan I Nyoman Sudiati Maumah di Banjar Laplap Ngelah Pianaknye Dadua Muani Siki Eluh Siki Ne Kelihang Madan Ia I Ario Seno Ne Cenikan Madan Retno Damayanti Suatu saat anak cucune matakon Nguda Mbah sama Kakek Keto Nyama-nyama memene cuek-cuek Kurang ada silaturahmi Memene sing bisa masaut Anak suba mule keto Eda liu cening matakon Jele melah sami gelahang Ditu jani cening mesuluh Diluungne tuutang Jelekne entungang Apang dadi jelema melah Tingkah lakune patutan Bli, apakah bli senang atau tidak senang? Lagu dari jiwa yang terpuruk karena depresi. Terima kasih. Bli kalau saya menulis andaikata ada yang salah maafkan. Beginilah saya apa adanya. Tidak banyak ilmu yang saya miliki. Saya ingin banyak membaca dan menulis. Semoga anak-anak menjadi anak-anak yang sukses dalam hidupnya. Dan doa saya tidak pernah berhenti. Bagaikan mata air yang mengalir dari sumber mata air yang sangat jernih. Tak berhenti-berhenti. Semoga menjadi anak yang berguna dan dalam lindungannya. Bli, kalau ada sumur diladang Bolehlah kita menumpang mandi. Kalau ada umurku panjang Bolehlah kita berjumpa lagi. Terima kasih Adik bli yang sangat setia, NYOMAN SUDIATI