

Montreuil, 13 agustus 2007
Pagi hari jam 09:11.
Surat Nyoman dengan fotonya Ario, Bli sudah terima,
Dan sebagai biasanya, bli akan membarengi Nyoman Sudiati dalam membaca kembali, dengan cara meniti (bagai jembatan) kalimat yang tersurat agar lebih tersirat didalam jalan hidup mu, hidup kita, kita semua umat manusia.
Kalau bli menulis menyusuri isi pikiran seorang manusia (entah itu adik, orang tua, teman atau musuh dll), hendaknya dimengerti, bli mencoba menyusuri jalan pikiran, margi/jalan manah, manusia yang hidup didunia ini. Inilah sikap dan pandangan bli yang me”rangsuki” cipta bli, sebagai penulis dan pencipta.
Ilmu menulis, ilmu mengucap dengan sastra /tulisan (dikertas atau dikomputer; komputer lebih praktis, karena bisa dirobah dengan mudah dan efikas pemrosesannya), adalah ilmu melatih diri dengan menulis pikiran, adalah satu jalan untuk mengolah dan merobah serta membangun watak, jalan nasib.
Jadi, menulis, juga mengasah pikiran, menyaring kenangan masa lalu, membersihkan diri, bersembahyang, mengolah ilmu kesehatan, ilmu rumahsakit, ilmu para dokter para dukun para penujum, mengobati diri, ilmu meditasi, ilmu yoga, ....tak terbatas wasiatnya. Yang membatasi hanya kemampuan pikiran kita, kemampuan bayangan kita. Menulis=menjagat=membuana.
Menulis adalah mengucap kan buah pikiran dalam hati, mereka-reka manah sebelum diucap dengan suara. Sebelum diucapkan, sebelum disuarakan, bisa dibaca berulang-kali untuk ditimbang kemasakan nilainya. Latihan seperti ini, melahirkan kebiasaan mengolah dan mengunyah kata sebelum disuarakan. Bila sudah disuarakan, itu kata tak bakal bisa ditarik lagi, tak bisa dimaafkan oleh Karma, (orang bisa mema’afkan, tetapi karma tak bisa menarik kembali sesuatu yang sudah didengar), oleh karena itu, hati-hatilah berkata (meski tak seorangpun mendengar, alam linngkungan itu tergetar, dan getaran itu akan merambat keseluruh dunia lingkungan.
Dalam meditasi ada satu tingkat, dimana kita harus melihat dan menonton gerak pikiran. Sebab dari pikir, akan keluar ucapan, dan karya/kerja.
Bli sekarang akan menerangi (secara netral) kalimatmu yang diwarnai biru dibawah ini, agar ada manfaatnya utnuk seluruh warga MANURSUKA, seluruh umat. Karena itu, bli berusaha, dengan bantuan semua warga, melahirkan ucapan yang berguna untuk semua. Karena itulah surat ini akan terbuka, sebagai parfum/ bau pikiran, yang tak seorangpun akan sanggup menyetopnya. Banyak waktu yang diluangkan untuk menulis, sayang kalau tak bisa memancarkan téja-nur-cahaya penerang.
(bila diedarkan, surat Noman Sudiati dibawah ini harus disertai didalamnya, karena pengertian cahaya lahir dari tanya-jawab, dari pergesekan dua unsur, proton dan electron, masa lampai dan keingina masa depan memberi cahaya penerang dimasa kini).
Secara berurut:
1. ucapan yang melahirkan kemarahan dihati seorang (pendengar atau pengucap) itu pertanda akan adanya daya-hal-penimbul kemarahan. Bisa datangnya dari pengucap atau pendengar. Untuk mengetahui lebih dalam, telitilah isi dan sumber kata-kata yang ada dalam kalimatnya. Kalau kita ter”cemplung” dalam marah, maka marahlah hasil penerimaan dan pengertiannya, tetapi yang lebih penting adalah isi dari ucapan itu. Marah adalah satu warna yang bisa membawa kita jatuh dalam kegelapan emosi, yang tidak menemu sang intisari, yang jarang membawa kehormatan kalau emosi tidak dikuasai dan dikendarai. Mengendarai emosi itu adalah olah manusia yang berjalan dijalan kebijaksanaan, untuk itu janganlah gampang jatuh dan tertarik dijurang emosi. Ketenangan antara pengungkap dan pendengarnya perlu dibina, untuk mencari kebenarannya. Emosi negatip=malaikat.
2. Perkiraan orang tak harus dipercayai, tetapi harus dipertanyakan dengan hening hati dan hening suasana akan isi perkiraan itu. Dialog antara dua orang diperlukan adanya untuk penerangan, dalam hening-kedamaian dan tujuan damai.
3. Surat yang bisa bernilai intan itu harus diteliti, bahagian mana dari surat tersebut yang mengandung cahaya bagai intan. Kata-kata yang mana bersinar bagai intan?
4. Kata GEMA dalam keluarga Gema itu timbul dari gagasan bapak I Gede Madera . Tujuannya hanya beliaulah yang bisa memaparkan secara jelas. Tujuan itu disimpulkan oleh hasil renungan pikiran, buah karya pendidikan +pengalaman +warisan lahir. Bli menamakan keluarga kita yang dilahirkan dari persenggamaan bapak dengan dua istrinya, dan bli sebut MANURSUKA (MAdera+NURani+SUKAdi). Tapi bapak/Ibu dan adik-adikku tak diharuskan memakai nama ini, tapi bli akan menyebutnya begitu, agar lebih mengandung unsur-unsur kenyataan dari penciptanya.
5. Tentang benang susut dari jalinan keluarga kita itu , untuk membebaskan diri dari kesusutan, harus diselusur benangnya, artinya kita semua harus bisa menyelusur jalan waktu dan kejadian yang ada didalamnya, dari awal hingga kini. Yang dimaksud awal, ada permulaan pertemuan penciptaan kejadian. Kedalaman dari awal itu tergantung sejauh mana kita menggali dasarnya. Ibu konon katanya kawin umur empat belas atau limabelas, bapak umur 23 atau 24. Bli lahir ketika ibu umur 15 tahun (lahir dari kandungan perawan muda ...yang perkawinannya masih umur mentah. Mengerti masa lalu, adalah satu tahap dari melepaskan diri dari kesusutan masa lampau. “Mepeluasan” cara Abali, salah satu jalan menerangi masa lalu. Ingat lah ketika ibu “ngeluasang” atman sané numitis di raga “Lutchia”ne, panak angkat bli. Itu adlah “roh”nya pekak Pande Gedung. Nyoman Sudi tahu, bahwa berkat pekak Pande Gedung, bapak diobati sakit (peparunya?) oleh dokter Belanda yang mengajak pekak Pande di Bogor. Dan Bli pernah indekost dan diemong oleh pekak Pande dan istrinya, tahun sekolah SMPnya bli (1960-62, kalau ingatan bli betul). Ini berarti bli merasa syukur bisa membalas jasa beliau yang ikut mengadakan kita ini, dengan merawat roh Pekak Pande yang numitis di diri Lutchia.
6. Tentang umur panjang yang diharapkan oleh orang yang hidup itu menurut bli tergantung juga dari isi. Mengisi umur adalah kegiatan mengisi waktu hidup, kegiatan sehari-hari. Selusurilah waktu hidupmu sehari-hari sebelum tidur, apa kerjamu, apa katamu, apa pikiranmu yang timbul dari bangun tidur pagi hari hingga akan tidur dimalam hari; Seberapa memberi, seberapa menerima. Benih apa yang disemaikan? Buah dan bunga apa yang dipetik? Bau (pikiran) apa yang dicium?
7. Setumpul pisau kalau diasah akan tajam. Dari kalimat ini , terbit kesadaran akan jalan pengasahan pisau tersebut yang untuk manusia beradab dinamakan pendidikan. Pendidikan itu tak pernah ada akhirnya bagi orang yang sadar. Sekolah itu tak bakal terbatas dibangku sekolah atau dibangku universitas. Setiap nafas yang ditarik adalah nafas seorang murid, seorang yang mengambil oxigen yang mengandung pengajaran. Artinya, bila kita berhenti bernafas, disana sekolah itu akan berhenti. Pengertian sekolah didalam hal ini adalah belajar dari kehidupan, artinya 24 jam per hari, tak ada habisnya. Orang yang berkata dia sudah tamat sekolah, itu tingkatnya akan macet, dan nilainya akan membeku di izasah. Orang tua yang selalu belajar dari kehidupan, tak bakal pernah membeku nilainya, mereka itu selalu memancarkan keremajaan dan mereka tak pernah mati dihati orang.
8. Penumpahan uneg-uneg itu didunia barat bisa ditemui dalam pembicaraan dengan psikiater( dokter jiwa). Itu ada gunanya untuk meringankan beban tekanan jiwa (depressi). Tetapi penumpahan /penuangan uneg-uneg itu harus dibarengi dengan penerangan dan pengobatan dengan pemberian saran/petuah dan laku sehari-hari. Mengeluarkan kawah depressi gunung berapi tanpa meredakan produksi depressi itu, apalah gunanya? Penumpahan uneg-uneg bisa juga berupa seperti berak dan muntah. Berak adalah membuang sisa produksi makanan yang tak berguna bagi diri. Muntah adalah mengeluarkan kemasukan (materi, racun atau informasi) yang tak sehat untuk lahir-bathin. Gerak muntah itu dicerna oleh biologis kita secara bawah sadar. Ada suatu keputusan tindakan system biologis kita yang tak terkendali oleh otak kita, tak terkendali oleh kesadaran-lahiriah kita. Gerak detikan jantung misalnya, hanya para yogi tingkat tinggi misa memperlambat denyutannya. Penumpahan uneg-uneg, bila bernilai berak maka W.C.lah tempatnya. Mengolah uneg-uneg untuk kesehatan maka dokterlah penampungnya.
9. Komunikasi adalah untuk melestarikan kebersamaan yang bisa dihidupi secara sementara, ataupun secara abadi. Misalnya komunikasi yang melahirkan pengertian, akan menumbuhkan rasa sama, sama mengerti. Selebihnya, apa yang terjadi antara sesama yang mengerti itu, tergantung dari apa isi pengertian itu.
10. Yang mana harus dianut, dituruti dan direalisir? Tergantung dari manusia dalam desa, kala dan patranya.
11. Mencapai perdamaian? Mulailah dengan damai dihati sendiri. Mendamaikan diri sendiri, akan memancarkan tingkah laku yang bersinar kedamaian. Cahaya kedamaian yang menerangi jalan sesama, bila diikuti oleh desa, kala dan patranya, secara otomatis akan memberi kedamaian. Persoalannya, seberapa lama perdamaian itu berlangsung? Nah , ini tergantung dari banyak hal, diantaranya :kemampuan memelihara. Ini tergantung dari tingkah laku sehari-hari. Ini tergantung dari kebiasaan? .Kebiasaan .....dst; ingat 5 tahap jalan nasib, dalam tulisan bli yang lalu.
12. Tentang warisan, bli ada menulis email tentang warisan, dulu, mungkin pada Tutde, lama sekali. Warisan bisa berupa benda, dan bisa juga berupa bibit watak, benih kepintaran/inteligensi. Yang berhak akan warisan, harus memelihara kewajibannya. Warisan tanpa kewajiban tak adil adanya. Ketidak-adilan adalah pangkal ketidak seimbangan: pangkal ketidak-adanya-keharmonisan. Keharmonian adalah jalan ke kedamaian. Mengolah warisan watak ini amat sulit kerjanya. Dan ini perlu dilakukan, selama hidup ini.
13. Cerita yang bisa berwasiat pengobatan adalah cerita yang memberikan rasa lega, rasa pembebasan dari suatu belenggu, bebas tekanan yang meracun-membebani derita, bebas dari kaitan nilai masa-lampau- yang-tak-menzaman-kini. Cerita hendaknya mengandung tiga hal: satu: mengasah otak, membikin manusia lebih inteligent, pendengar dan penceritanya; kedua: cerita hendaknya memberi umur panjang, panjang hidupnya, hidup cerita, pencerita dan pendengarnya; ketiga: cerita sebaiknya bisa men-transformasi /merobah penceritanya, pendengarnya dan lingkungannya. Teliti dan awasi ceritamu dan cerita orang (apa dan siapa saja) dengan tiga kaca-mata ini. Kamu akan dianugerahi pencerahan bathin, kedamaian, menyatu dengan Sang Pencipta.
14. empat keinginan yang Nyoman Sudi cantumkan dibawah ini dalam enam paragraf bernomer, adalah patut dilaksanakan, diperjuangkan dalam kesehari-harian. Keinginan tak bakal menjadi kenyataan, jatuh dari langit atu muncul dari bumi bagai tuyul wong samar, tetapi harus ditemukan jalan merealisir, jalan pengejawantahan, jalan melahir-nyata keinginan tersebut. Apakah Nyoman Sudiati sudah menemukan jalan tersebut, dan melakukannya sehari-hari? Jangan kecil hati dan takut akan ketinggian cita-cita atau keinginanmu, asal paham: untuk mencapainya perlu waktu dan usaha/karya. Ada baiknya tidak sendiri, dengan suami, dengan anak cucu, dengan lingkungan. Karena itu keinginan yang luhur itu tidak muncul dari hati seorang, yang luhur tak muncul dari satu orang, tapi ADA. Yang luhur itu ADA, dan selalu ADA. Orang yang peka akan ditembus oleh sang ADA, dan ADA memang bisa lahir didiri seorang. Tapi ADA tak bisa dimiliki. Bila dimiliki, ADA berubah menjadi Ada-Perseorangan, bukan ADA yang mutlak-abadi. Orang yang mengada-ada keinginan itu nilainya pribadi, perseorangan. Luaskan peroranganmu. Meluassssss.
15. Yang terakhir, tentang waktu. WAKTU. Detik waktu tak pernah henti, meski jam macet-mati, kita mati, dunia hancur, detik waktu itu terus langgeng. Bli harapkan semua bisa membaca kutipan pepatah yang NyomanSudi muatkan dibawah ini. Orang boleh bilang mengambil waktu. Tetapi secara tak sadar kita sudah diambil waktu, karena alam semesta yang mahabesar dan maha agung ini telah ditelan oleh WAKTU, sang KALA. Karena itu isilah waktu hidupmu dengan kebutuhan sehari-hari, dengan sesuatu yang memberi hidup ini kedamaian. Hendaknya kebutuhanmu itu selaras dengan kebutuhan sesamamu, demi sumbanganmu untuk kedamaian, ......abadi: sorga atau neraka? Difinisinya dibikin sekarang, dihidup ini.
Semua kalimat yang terbaca disurat ini, bila terasa ada kalimat yang tertuju untuk pembacanya, tetapi bli sadar juga, semua isinya ditujui terutama untuk penulisnya.
Selamat berkarya.
Blitapa
Yang terlontar dari kaumnya
Di Perancis sekarang
Dan juga di internet.
Sampai jumpa.
Sekarang jam 17:25 waktu musim panas di perancis
Surat Nyoman Sudiati:bli kasih warna biru kalimat yang diolah diatas:
PENATIH, 13 AGUSTUS 2007
Bli tapa, saya sudah terima surat dari bli yang berisi foto. Bli tampak sehat, gagah berwibawa. Syukurlah semoga bli sekeluarga dalam keadaan sehat. Bli, setiap saya terima surat dari bli, hati saya merasa senang sekali. Saya ingin terus menulis surat untuk bli. Walaupun ceritanya tidak berurutan, harap bli maklum. Ijinkan saya mengatakan apa2 yang ada dihati saya dan yang saya alami. Bukan maksud mesadu-sadu yang tak berguna. Bli, pasti lebih tahu. Setiap saya dapat surat dari bli, saya terus foto kopi. Selanjutnya saya sebarkan kesaudara-saudara juga bapak karena bli menulis : surat ini boleh dibaca oleh anggota lainnya yang ingin tahu.
Waktu bli telp. Ibu dirumah, ibu saya cari. Abis telpun sama bli dia bilang : nyoman dedata-data orahang ajak bli. Ibu dimarah sama bli.
Begitu ibu bilang sama saya. Saya menjawab : saya tak bilang apa2, bu. Terus ibu bilang pada gung ayu, setiap saya bawa surat, ibu bilang : itu dalangnya datang bawa surat. Dikira saya menulis yang tidak-tidak. Apa artinya itu bli? Ibu berpikiran negatif kepada saya. Bli tolong jangan marahi ibu. Nanti ibu marah kepada saya. Karena saya sering berkabar. Biarkan saja, karena saya sudah ngerti ibu. Karena bli tdk melihatnya.
Bli tapa, mengenai sakit saya bli tak usah berpikir keras. Saya baik2 saja. Selalu taat kepada aturan dokter. Tutur bli banyak sekali membantu penyembuhan saya. Saya bosan minum obat. Bli tapa yang baik, saya sangat berterimakasih banyak sekali dan merasa bangga dan tersanjung, bli mengatakan surat saya bagai intan buat bli. Saya tak sangka sama sekali. Apa dari adik yang sedang labil? Depresi? Surat2 saya dapat menghibur bli. Saya sangat bersyukur. Dan saya ucapkan selamat sebuah manursuka yang akan menjadi sejarah perjalanan keluarga gema yang akan semakin banyak jumlahnya.
Pada surat saya yang dulu pernah saya menulis kalau keluarga gema bagaikan benang susut yang telah susut berpuluh-puluh tahun. Kalau kita yang punya benang kusut itu, harus kita yang perbaiki. Orang lain cukup menonton saja. Sblm benang susut itu menjadi rapuh tak bisa diapa2kan lagi misalnya seperti rambut kita urai dengan sabar satu persatu dia akan bagus lalu dijalin saling berpelukan alangkah eloknya dipandang mata. Maaf bli, saya berandai-andai. Saya hanya berkata sebatas pikiran yang tak seberapa artinya. Kalau kita tak segera memulai kapan benang nya jadi bagus. Mumpung kita masih diberikan umur panjang. Kalau menurut saya, bli lah yang mampu jadi tumpuan dan harapan. Memimpin dan meluruskan keluarga gema, tak ada iri hati, sirik, dendam walaupun saudara kandung atau tiri.
Walaupun bli menyampaikan dengan surat2 tapi hatinya dekat. Setumpul-tumpulnya pisau jika diasah dengan sabar dia akan tajam lagi bisa dipergunakan. Tolong bli jangan bosan2 memberikan pengarahan2 kepada adik2 yang banyak ini.
Bli tapa, saya sgt salut dan berbangga hati bersyukur mempunyai bli, I gede Tapasudana. Tempat menumpahkan uneg-uneg. Bli sudah menulis silsilah keluarga gema. Kalau tidak ada yang memikirkan hal itu, apa jadinya nanti. Seperti orang jawa bilang : kepaten obor . tidak mengenal satu dengan lainnya. Karena kurang komounikasi dan kebersamaan. Utuh atau tidaknya keluarga gema tergantung dari diri masing-2. Kalau kita ingin bersatu kita teguh, kita harus mengalah demi kebaikan. Tiada kawan dan lawan. Ini bukan perang. Itu harus kita lakukan demi terpeliharanya warisa yang kita terima, demi kelanjutan anak2 cucu kita yang bakal menerima warisan ini. Janganlah dia ikut terbelenggu dengan masa lalu yang ruwet. Biarlah itu berlalu. Dipetik mana yang baik mana yg buruk. Mana yg harus dijadikan panutan.;
Bli, anak cucu2 kita tak tahu masa lalu orang tuanya. Tapi dia ikut merasakan dampaknya. Dia tidak mengerti apa2. hanya tahu, mengapa begitu bunda? Sekarang bagaimana kita merubah supaya perdamaian bisa kita capai. Anak cucu yang kita lahirkan tak ikut merasakan itu semua. Memberikan sejarah baru yang tenang , terang , bersinar bagaikan bintang kejora. Bli, ini hanya suatu pikiran saya. Pada dasarnya, semua manusia dilahirkan baik. Tapi, warisan2 selain harta yang didapat dari orang tuanya yaitu warisan watak, penyakit turunan, golongan darah dan apa lagi ya bli?
Disamping itu, lingkungan keluarga yang daamai, pendidikan agama, budi pakerti yang baik adalah pondasi dari semuanya. Tiang kira kalau dia sudah kuat, taat kepada agama kita tak usah ragu. Insyaallah dia dapat menjaga dirinya baik2. nanti kalau sudah saat dipanggil olehNya, kita akan ikhlas meninggalkan dia dalam keadaan damai disegala-galanya. Saya tak bermaksdu apa2. saya hanya ingin bercerita. Saya merasa lebih enak, tenang dan sehat dengan bercerita dan menulis sama bli. Ini terapi saya selain obat2an.
Yang saya inginkan sekarang :
1. saya sehat lahir bathin
2. saya inging menjadi istri, ibunda, eyang putri bagaikan batu intan yang kuat tegar dan bersinar.
3. tidak depresi dan tidak rapuh’
4. nanti kalau tiba saatnya saya tidur nyenyak sekali tak bangun2 lagi saya ingin kepada anak cucu saya khususnya bau harum hidup saya berumur lebih lama daripada umur badan kasar saya. Bisa jadi bau harum akan tercium selamanya. Insyaallah.
5. saya bukan orang baik sebagai manusia. Sama sperti manusia lain yang tak sempurna. Ada baik-buruknya. Cuman saya punya cita2 begitu. Apakah itu salah bli?
6. apakah cita2 saya terlalu tinggi bli?
Saya ada pepatah untuk bli tapa. Ini pepatah tua berjudul ‘ambillah waktu’
Ingin saya bagikan untuk bli, mungkin bli sudah tau.
‘ambillah waktu untuk berpikir
Itu adalah sumber kekuatan.
Ambillah waktu untuk bermain
Itulah rahasia dari masa muda yang abadii
Ambillah waktu untuk membaca
Itullah sumber kebijaksaaan
Ambillah waktu untuk berdoa
Itu adalah kekuatan terbesar di bumi
Ambillah waktu untuk mencintai dan dicintai
Itullah hak istimewa dari Tuhan
Ambillah wkatu untu bersahabat
Itulah jalan menuju kebahagiaan
Ambillah waktu untuk ketawa
Itu adalah musik yang menggetarkan jiwa
Ambillah wktu untuk memberi
Itu adalah hari yang sangat singkat untuk kepentingan sendiri
Ambillah wkatu untuk bekerja
Itu adalah nilai keberhasilan
Ambillah waktu untuk beramal
Itu adalah kunci masuk surga
Dalam keheningan dan kejernihan setelah menyelami pepatah tua ini, waktu rupanya tidak saja berfungsi sebagai jendela tempat banyak sekali hal. Ia sekaligus sebuah sumber air yang sangat luar biasa tidak akan pernah habis dan tersedia sama untuk semua orang. Persalannya adala: akankah kita menggunakannya atau membiarkannya hilang terbawa angin?
Nah begitulah bli, semoga kita bisa belajar dari pepatah tua ini, terima ksih
Bli, masih banyak cerita dan uneg2 yang akan saya sampaikan kepada bli. Jangan bosan2 ya bli. Terima ksih. Adik bli. Salam buat mbo pipa dan lutcia.
Adik bli,
NYOMAN SUDI
No comments:
Post a Comment